welcome...

Sugeng Rawuh kagem sadaya...
monggoh pinarak...

Kamis, 15 Desember 2011

Saatnya Tertib Lalu-Lintas


Pemandangan seperti ini sering saya  lihat tiap hari baik saat berangkat kerja atau berangkat kuliah.
Para pengguna jalan raya baik roda 2 atau roda 4 sering menggunakan jalur busway dengan alasan utama menghindari macet,namun cara ini kurang tepat karena membahayakan diri sendiri ataupun pengguna jalan yang lain.Mulai tanggal 16 januari 2012 para pelanggar jalur busway selain mendapat tilang dari polisi juga akan disemprot cat yang berwarna orange. Jadi mari kita berjalan dijalur yang sesuai saja.




ISD Dalam Pandangan Psikologi

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR
PSIKOLOGI 



                 
Nama : Dwi Fajar Ary Ervinanto
Kelas : 1ka27
npm : 18111788

UNVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
2011

Kata pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul “ makalah ilmu sosial dasar psikologi ” tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan yang maha esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengahaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Makalah ini memuat tentang krisis moral remaja dan sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap kemajuan bangsa.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memmberikan manfaat kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.




                                                                                              Dwi Fajar Ary Ervinanto, 28 November 2011



                                                                                                Penyusun



 PENGERTIAN PSIKOLOGI
Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Bahkan sebelum Wundt mendeklarasikan laboratoriumnya tahun 1879, yang dipandang sebagai kelahiran psikologi sebagai ilmu. pandangan tentang manusia dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno.Psikologi sendiri sebenarnya telah dikenal sejak jaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk kekuatan hidup ( levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gejala – gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu tiap – tiap makhluk hidup mempunyai jiwa. Dapat dikatakan bahwa sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan intelektual di Eropa, dan mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ;logos = ilmu pengetahuan).

Jiwa secara harfiah berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti lembaga hidup (levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh karena jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari “jiwa yang memateri” atau gejala “jiwa yang meraga/menjasmani”, yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan, penampilan diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya .
Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lai-lain.

Kegiatan berpikir dan berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap penampilan dari kehidupan bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang diam dan mendengarkan musik atau tengah melihat televisi tidak bisa dikatakan pasif. Maka situasi dimana sama sekali sudah tidak ada unsur keaktifan, disebut dengan mati.
Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: 1) pengenalan atau kognisi, 2) perasaan atau emosi, 3) kemauan atau konasi, 4) gejala campuran.
Namun hendaknya jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwani itu pada waktu yang sama juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua kegiatan jasmaniah kita, otak dan perasaan selalu ikut berperan ; juga alat indera dan otot-otot ikut mengambil bagian didalamnya.
Penyelidikan terhadap organ-organ manusia digolongkan dalam ilmu fisiologi. Yaitu meneliti peranan setiap organ dalam fungsi-fungsi kehidupan seperti meneliti segala sesuatu tentang mata, ketika subyek bisa melihat dan juga meneliti pengaruh kerja otak untuk mengkoordinir semua perbuatan individu guna menyesuaikan dengan lingkungnnya. Jika fungsi segenap organ dan tingkah laku banyak dijelaskan oleh fisiologi, maka masih perlukah bidang keilmuan psikologi?
Fisiologi memberikan penjelasan macam-macam tingkah laku lahiriah yang menjasmani sifatnya. Sedang manusia merupakan suatu totalitas jasmaniah rokhani. Semua bentuk dorongan dan impuls dalam diri manusia yang menyebabkan timbulnya macam-macam aktifitas fisik dan psikis, dijelaskan oleh psikologi. Misalnya, jika seseorang menaruh rasa semangat yang tinggi , ketika ia mengahadapi suatu masalah tertentu maka ia akan menaggapi masalah itu dengan semangat untuk menyelesaikannya.

    METODE PSIKOLOGI
1. Metodologi Eksperimental
Cara ini dilakukan biasanya di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Peneliti mempunyai kontrol sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen. Yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan ditelitinya, kapan akan melakukan penelitian, seberapa sering melakukan penelitiannya, dan sebagainya. Pada metode eksperimental, maka sifat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode instrospeksi murni hanya diri peneliti yang menjadi objek. Tetapi pada instrospeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang – orang yang dieksperimentasi itu. Dengan luasnya atau banyaknya subjek penelitian maka hasil yang didapatkan akan lebih objektif

2. Observasi Ilmiah
Pada pengamatan ilmiah, suatu hal pada situasi-situasi yang ditimbulkan tidak dengan sengaja. Melainkan dengan proses ilmiah dan secara spontan. Observasi alamiah ini dapat diterapkan pula pada tingkah laku yang lain, misalnya saja : tingkah laku orang-orang yang berada di toko serba ada, tingkah laku pengendara kendaraan bermotor dijalan raya, tingkah laku anak yang sedang bermain, perilaku orang dalam bencana alam, dan sebagainya.

3  .  Sejarah Kehidupan (metode biografi)
Sejarah kehidupan seseorang dapat merupakan sumber data yang penting untuk lebih mengetahui “jiwa” orang yang bersangkutan, misalnya dari cerita ibunya, seorang anak yang tidak naik kelas mungkin diketahui bahwa dia bukannya kurang pandai tetapi minatnya sejak kecil memang dibidang musik sehingga dia tidak cukup serius untuk mengikuti pendidikan di sekolahnya. Dalam metode ini orang menguraikan tentang keadaaa, sikap – sikap ataupun sifat lain mengenai orang yang bersangkutan . Pada metode ini disamping mempunyai keuntungan juga mempunyai kelemahan, yaitu tidak jarang metode ini bersifat subjektif .
 4  .  Wawancara
Wawancara merupakan tanya jawab si pemeriksa dan orang yang diperiksa. Agar orang diperiksa itu dapat menemukan isi hatinya itu sendiri, pandangan-pandangannya, pendapatnya dan lain-lain sedemikian rupa sehingga orang yang mewawancarai dapat menggali semua informasi yang dibutuhkan.Baik angket atau interview keduanya mempunyai persamaan, tetapi berbeda dalam cara penyajiannya. Keuntungan interview dibandingkan dengan angket yaitu:
  1. Pada interview apabila terdapat hal yang kurang jelas maka dapat diperjelas
  2. interviwer(penanya) dapat menyesuaikan dengan suasana hati interviwee ( responden yang ditanyai)
  3. Terdapat interaksi langsung berupa face to facesehingga diharapkan dapat membina hubungan yang baik saat proses interview dilakukan.

5    Angket
Angket merupakan wawancara dalam bentuk tertulis. Semua pertanyaan telah di susun secara tertulis pada lembar-lembar pertanyaan itu, dan orang yang diwawancarai tinggal membaca pertanyaan yang diajukan, lalu menjawabnya secara tertulis pula. Jawaban-jawabannya akan dianalisis untuk mengetahui hal-hal yang diselidiki.

6    Pemeriksaan Psikologi
Dalam bahasa populernya  disebut juga dengan psikotes Metode ini menggunakan alat-alat psikodiagnostik tertentu yang hanya dapat digunakan oleh para ahli yang benar-benar sudah terlatih. alat-alat itu dapat dipergunakan unntuk mengukur dan untuk mengetahui taraf kecerdasan seseorang, arah minat seseorang, sikap seseorang, struktur kepribadian seeorang, dan lain-lain dari orang yang diperiksa itu.

7    Metode Analisis Karya
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil karya seperti gambar – gambar, buku harian atau karangan yang telah dibuat. Hal ini karena karya dapat dianggap sebagai pencetus dari keadaan jiwa seseorang .


8    Metode Statistik
Umumnya digunakan dengan cara mengumpulkan data atau materi dalam penelitian lalu mengadakan penganalisaan terhadap hasil; yang telah didapat

   PERCABANGAN ILMU PSIKOLOGI

Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general psikologi) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus diantaranya :
  • Psikologi perkembangan : mengkaji perilaku individu yang berada dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai dengan akhir hayat.
  • Psikologi kepribadian : mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari aspek – aspek kepribadiannya.
  • Psikologi klinis : mengkaji perilaku individu untuk keperluan penyembuhan (klinis)
  • Psikologi abnormal : mengkaji perilaku individu yang tergolong abnormal.
  • Psikologi industri : mengkaji perilaku individu dalam kaitannya dengan industri.
  • Psikologi pendidikan : mengkaji perilaku individu dalam situasi pendidikan.
Disamping jenis – jenis psikologi yang disebutkan diatas, masih terdapat berbagai jenis psikologi lainnya, bahkan sangat mungkin ke depannya akan semakin terus berkembang, sejalan dengan perkembangan kehidupan yang semakin dinamis dan kompleks.
Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena didalamnya telah memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu yakni :
  • Ontologis : objek dari psikologi pendidikan adalah suatu perilaku – perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua peserta didik dan masyarakat pendidikan.
  • Epistemologis : teori – teori, konsep – konsep, prinsip – prinsip dan dalil –dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi logitudinal maupun studi cross sectional, baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
  • Aksiologis : manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses pendidikan.



 


SARAN
Psikologis pendidikan merupakan salah satu landasan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan karena keberhasilan pendidik dalam menjalankan tugasna sangat dipengaruhi oleh pemahamannya tentang peserta didik. Oleh karena itu pendidik harus mengetahui apa yang harus dilakukan kepada peserta didik dalam setiap tahap perkembangan yang berbeda mulai dari bayi hingga dewasa.

 KESIMPULAN
Karena begitu pentingnya psikologis pendidikan maka seluruh calon pendidik dan para pendidik diharapkan mampu mempelajari serta mengaplikasikan landasan psikologis agar proses pendidikan berjalan dengan baik.

Minggu, 11 Desember 2011

makalah ilmu sosial dasar sosiologi

 MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR 
SOSIOLOGI



Nama : Dwi Fajar Ary Ervinanto
Kelas : 1ka27
npm : 18111788

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang
“Zoon politicon”, mungkin itulah kata-kata yang sering kita dengar apabila kita berbicara masalah sisi kehidupan sosial kita. Teman, keluarga, kawan adalah relasi bagi kita dalam menjalani proses berkehidupan kita, artinya mereka sengaja diciptakan oleh Tuhan untuk memudahkan segala langkah dan gerak kita dalam menjalani hidup. Dengan kata lain, mereka ada karena kita dan untuk kita. Mereka di sekeliling kita lah yang selalu dan selalu meneriaki kita terpuruk, memberi support di saat kita bertarung di sebuah lapangan kehidupan yang skenarionya telah diatur oleh Sang Pencipta.
Sebagai individu yang hidup dalam bermasyarakat, hal yang berhubungan langsung adalah lingkungan, dimana menurut banyak orang, lingkungan adalah instrument kehidupan yang sangat mempengaruhi proses metamorfosis kita. Apakah kita akan mampu bermetamorfosis sempurna atau akan selalu menjadi kepompong yang tidak mampu berbuat apa-apa, itu tergantung proses adaptasi dan bentukan dari lingkungan. Apakah nanti kita akan mempunyai sayap yang akan kita gunakan untuk terbang, itu tergantung pada proses relasi kita dengan lingkungan kita. Untuk berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan kita, perlu adanya sebuah etika dan moral dalam bergaul. Etika perlu dipelajari sebagai suatu disiplin ilmu, karena mengerti etika adalah bagian dari etika itu sendiri.
Dalam interaksi dengan masyarakat di lingkungan sekitar kita, diperlukan suatu ikatan perasaan cinta dan kasih sayang. Cinta adalah perasaan simpati yang mendalam  yang biasanya melibatkan emosi yang mendalam  dan terjadi   antarlawan jenis, antara manusia yang satu dengan yang lain (cinta persaudaraan), cinta diri sendiri, cinta seorang ibu, cinta antara manusia dan Sang Pencipta. Keabadian cinta kasih dapat terjadi bila saling mengisi dan melengkapi. Pengertian saling melengkapi dan saling mengisi menunjukkan arti bahwa cinta itu dinamis. Seperti bunga yang sedang tumbuh senantiasa membutuhkan air sedemikian pula air baru memiliki arti bila sanggup  menghidupkan bunga.
Meninjau pada fenomena  cinta pada zaman sekarang, hal yang menarik  untuk disoroti adalah masalah cinta terhadap lawan jenis dalam masa modern. Cinta antara manusia yang berlawanan jenis biasanya saling mengisi dan melengkapi. Apa  yang tidak ada pada lawan jenis akan dilengkapi oleh lawan jenis yang lain. Akan tetapi gejala yang ditimbulkan dari kebebasan cinta tersebut membuat masalah baru. Hal ini dikarenakan adanya penyalahgunaan arti dari kebebasan itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya  kajian tentang bagaimana pergaulan antaranak muda yang rentan dengan adanya perubahan dan mudah goyah dengan suasana lingkungan sekitar, khususnya mahasiswa yang indekos. Sehingga diharapkan nantinya ada suatu solusi agar sebagai manusia bisa memerankan peranan gandanya yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
1.2     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas adalah bagaimanakah indekos mesum ada di lingkungan masyarakat.
1.3     Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana indekos mesum ada di lingkungan masyarakat.

BAB 2. LANDASAN TEORI


2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu
            Manusia menurut Prof. Jacob adalah makhluk biokultural; dimana ia adalah produk interaksi antara faktor-faktor biologis dan budaya. Sulit disangkal bahwa setiap perbuatan manusia yang kalau ditelusuri dengan hati-hati akan segera terlihat ada sesuatu yang terasa menghubungkan fenomena dengan fenomena yang lainnya. Dilihat dari caranya menampilkan dirinya, bisa kita lihat bahwa manusia sebagai makhluk individu, merupakan sisi yang sangat penting untuk diamati dan dipelajari. Masing-masing individu mempunyai “leitmotif” dalam memilih tindakan, apakah dia akan mencoba kompromistis dengan nilai sistem yang ada atau dia mempunyai suatu individual lainnya, yaitu mengambil jarak.
            “Individu”  (bahasa Prancis) artinya orang seorang. “In-dividere” berarti makhluk individual yang tidak dapat dibagi-bagi. Kata sifatnya adalah “individuel” (bahasa Prancis) menunjuk pada satu orang yang sekaligus untuk membedakannya dengan masyarakat (individu dan sosial), dan juga dimaksudkan ciri-ciri khas yang melekat pada satu orang tersebut. Setiap individu mempunyai ciri-ciri khas yang telah terbentuk dalam dirinya. Ciri-ciri watak seorang individu yang konsisten, yang memberikan kepadanya identitas yang khusus disebut sebagai kepribadian.
            Kepribadian atau keunikan individu ini akan dapat dipahami dengan mempelajari unsur-unsur yang menyebabkan keunikan tersebut. Menurut Koentjaraningrat, unsur-unsur kepribadian meliputi pengetahuan, perasaan dan dorongan naluri. Dorongan naluri adalah sesuatu yang selalu ada pada setiap manusia, atau dengan kata lain merupakan unsur bawaan dengan tanpa memperoleh pengetahuan apapun sebelumnya. Ada beberapa macam dorongan yang perlu diketahui, yaitu:
1.      dorongan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
2.      dorongan sex
3.      dorongan untuk mencari makan
4.      dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain
5.      dorangan meniru tingkah laku sesamanya
6.      dorongan untuk berbakti
7.      dorongan akan keindahan
Kepribadian dan unsur-unsurnya ini menyebabkan satu individu berbeda dengan individu yang lainnya. Manusia sebagai makhluk individu adalah manusia memiliki naluri untuk memenuhi kepentingan dan keinginan diri sendiri. Setiap manusia diciptakan oleh Tuhan dengan peralatan fisik yang tidak lengkat untuk hidup menyendiri.

2.2 Manusia sebagai Makhluk Sosial
            Manusia sebagai makhluk sosial dapat diartikan secara umum, bahwa ia dilahirkan untuk berhubungan dengan sesamanya, karena ia tidak dapat hidup sendirian.
            Kehadiaran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang berusaha menempatkan dirinya dihadapan individu-individu yang lainnya yang telah mempunyai pola-pola perilaku yang sesuai dengan norma-norma dan kebudayaan ditempat ia merupakan bagiannya. Di sini individu akan mencari jarak dan memproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku yang telah ada pada dirinya bisa adjustable, artinya  ia bisa menyesuaikan diri. Namun ia juga bisa mengalami maladjustment, yaitu gagal menyesuaikan diri. Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya. 
  1. Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses untuk menjadi pribadi ini, individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai lingkungan fisik dan lingkungan psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu harus menyesuaikan dirinya dengan keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lain dengan keadaan jasmaninya yang sama atau berbeda sama sekali. Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang menganut sistem yang lama.
Dalam hubungan dengan lingkungan kita nanti akan melihat apakah individu tersebut menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu di sini  secara aktif mempengaruhi dan bahkan sering mengubah lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara padif (autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk pribadi seseorang.
Pada diri individu yang destruktif kita jumpai kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan. Biasanya mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri, dan kalau mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya, dan dalam melakukan ini, penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata- mata rasional kearah masa depan.
  1. Kompromistis dan Anti-Establishment
Sikap kompromis seseorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun kebutuhan psikologis. Sikap anti-establishment ini merupakan sikap individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi dengan lingkungannya. Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the search for self identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran mengenai waktu diri sendiri yang sangat dominan.

2.3 Keluarga
            Keluarga adalah unit atau satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini, dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal sebagai primary group. Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara langsung terhadap perkembangan individu sebelum maupun sesudah terjun langsung secara individual di masyarakat.
a.      Keluarga hendaknya selalu menjaga dan memperhatikan cara pandang individu terhadap kebutuhan pokoknya, baik yang bersifat fisik maupun psikologinya.
b.      Mempersiapkan segala sesuatunya yang ada hubungannnya langsung maupun  tidak langsung dengan pendidikannya.
c.      Membina individu dengan cara mengamati kecenderungan individu (train)
d.      Keluarga adalah model dalam masyarakat yang menjadi acuan yang baik untuk ditiru yang juga menjadi kebanggaan masyarakat setempat.
Keluarga sangat berkepentingan dan sangat bepengaruh pada individu yang akan diterjunkan di lingkungan masyarakat, baik atau tidak baik kepribadiannya, bisa atau gagal menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada. Karena kepribadian dasar terbentuk di dalam keluarga.
Kepribadian dasar terbentuk dalam keluarga. Kepentingan keluarga dalan individu adalah pada kelangsungan generasi dan yang paling ideal adalah keluarga mempunyai andil besar dalam menentukan hari esok lingkungan, baik itu lingkungan fisik dan lingkungan psikis.

2.4 Hakikat Masyarakat
            Masyarakat adalah kelompok manusia yang saling berinteraksi, yang memiliki prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterkaitan untuk mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat kita bisa melihat dengan jelas proyeksi individu sebagai (input) bagi keluarga, keluarga sebagai tempat terprosesnya dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil (output) dari proyeksi tersebut.
            Individu yang berada dalam suatu masyarakat tertentu berarti ia berada pada suatu konteks budaya tertentu. Pada tahap inilah arti keunikan individu itu menjadi jelas dan bermakna, artinya akan dengan mudah dirumuskan gejala-gejalanya. Karena di sini akan terlihat individu sebagai perwujudan dirinya sendiri dan merupakan makhluk sosial sebagai perwujudan anggota kelompok atau anggota masyarakat.
            Di dalam masyarakat setiap orang memiliki fungsinya yang khusus; dengan demikian ada pembagian kerja sehingga tiap individu dapat mengarahkan dan mengembangkan bakat-bakatnya. Dilihat secara menyeluruh, prestasi yang ada dalam masyarakat itu lebih dari sekedar jumlah saja dari individu yang menjadi anggota masyarakat.

BAB 3. PEMBAHASAN

Manusia tercipta sebagai makhluk yang mampu berpikir (homo sapien), makhluk sosial (homo sosious), dan makhluk yang percaya pada Tuhan Yang Maha Esa (homo religous) sekaligus juga sebagai makhluk yang unik. Unik dalam segala perilaku dan perbuatannya, sehingga terkadang sulit diprediksi untuk apa manusia berbuat sesuatu, yang kadang-kadang sulit diterima berdasarkan nalar yang sehat atau secara normal. Istilah normal inipun juga bukan patokan yang pasti tetapi tergantung orientasi kita (kapan, dimana dan siapa); misalnya suatu saat pada hari Jumat kita sholat di parkiran, karena tak kebagian tempat di dalam mesjid, itu normal, tetapi di saat yang lain orang sholat sendirian di tempat tersebut, pasti dianggap tidak normal, bisa-bisa ia ditangkap satpam. Itulah salah satu keunikan dalam kehidupan manusia.
Manusia membentuk suatu kebiasaan pada suatu zaman tertentu yang disebut dengan budaya. Kalau mesum kita tinjau dari segi budaya sekarang mungkin  dari kata-katanya saja masih terlalu janggal untuk diungkapkan. Namun kata-kata  mesum  sudah bukan menjadi hal yang tabu lagi, malah sudah menjadi pembicaraan hangat terutama di kalangan remaja dan dewasa.
Perbedaan budaya dahulu dan sekarang sangat gamblang, semua itu disebabkan dari  perubahan era globalisasi yang informasi-informasi banyak kita dapatkan tanpa adanya penyaringan atau filtrasi untuk membedakan baik dan buruknya. Informasi yang diterima tersebut pada umumnya telah memberikan pengaruh yang amat besar kepada perkembangan dalam kehidupan sosial budaya suatu kelompok masyarakat, baik gaya hidup, apersepsi, persepsi, sikap, perilaku, serta pandangan hidup. Produk yang nyata dapat dirasakan pada umum adalah pesan-pesan agar sekelompok warga masyarakat dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang dikenalnya sebagai “budaya populer  (popular culture)”. Kondisi yang segala sesuatu secara entitas (entity)  harus disesuaikan dengan hal-hal yang lagi “trendy”, “ngepop” atau “mode”. Faktor-faktor di ataslah yang membuat budaya sekarang jauh berbeda dan bisa dikatakan mulai menyimpang.
Hal lain yang berpengaruh besar dalam pembentukan tingkah laku manusia adalah pengaruh dari dalam atau pengaruh biologis. Selain itu, lingkungan sangat berpengaruh pada  masa usia pertumbuhan. Lingkungan bisa dikatakan sebagai faktor utama pembentukan tingkah laku pribadi seseorang pada masa sekarang, bagaimana tidak mayoritas remaja dan dewasa berkembang sesuai lingkungannya. Contoh sederhana misalnya dalam ruang lingkup kampus mayoritas mahasiswa  yang lebih mengutamakan penampilan dari pada kemampuan akademik. Penampilan dapat kita  lihat pada cara berpakaian, terutama yang dilakukan oleh kaum wanita yang terkesan bebas tanpa memandang etika berpakaian dalam budaya ketimuran. Cara  berpenampilan  itulah yang merupakan salah satu penyebab  terjadinya perilaku mesum. Bagaimana tidak, dengan wanita berpakaian terbuka dapat menimbulkan nafsu pada laki-laki sehingga mesum (perbuatan tidak senonoh) tidak dapat terhindarkan.
Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antarmanusia dibina melalui suatu pergaulan. Pergaulan juga termasuk hak asasi manusia setiap individu dan harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar hak asasi manusia. Karena manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa secara kodrati dianugerahi hak dasar yang disebut hak asasi tanpa perbedaan antara satu dengan lainnya. Dengan hak asasi tersebut, manusia dapat mengembangkan diri pribadi, peranan, dan sumbangannya bagi kesejahteraan hidup manusia. Hak asasi manusia adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sitatnya kodrati dan universal sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa dan berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan manusia dan masyarakat, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu-gugat oleh siapapun.
Suatu tingkahlaku yang dilakukan oleh seseorang dapat dikatakan baik atau tidak baik, normal atau tidak normal, sehat atau tidak sehat, dan sebagainya sebenarnya sangat ditentukan orientasi  seseorang dalam kehidupannya. Dan tingkah laku manusia tersebut sangat ditentukan oleh lingkungannya. Lingkungan dapat berubah kapanpun tergantung kondisi dan pelaku sosial (masyarakat) yang tinggal di lingkungan tersebut. Sebuah tempat tinggal atau indekos bisa menjadi surga dunia bagi penghuninya juga bisa menjadi asal mula dari sebuah kesenjangan masyarakat. Penyalah gunaan fungsi tempat tinggal atau indekos dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
§  Kondisi lingkungan atau indekos dan kontrakan yang terlalu bebas.
§  Tersedianya kost-kostan yang memang diperuntukkan untuk laki-laki dan perempuan (campur).
§  “Induk semang” yang tidak begitu peduli terhadap aktivitas anak-anak kuliahan maupun penghuni lainnya.
§  Harga indekos dan kontrakan yang sangat terjangkau.
Predikat indekos mesum telah banya melekat pada beberapa tempat yang memang menurut informasi sering digunakan untuk melakukan sesuatu di luar kewajaran antaranak muda atau mahasiswa. Indekos mesum ini menjadi media pengembangan pergaulan bebas di kalangan remaja atau lebih khususnya mahasiswa. Pergaulan atau seks bebas bisa timbul dari situasi yang muncul atau karena sebagian orang berpendapat bahwa orang-orang  yang tidak melakukan kegiatan seks bebas merupakan orang yang kolot atau tidak modern. Ada juga yang berpendapat bahwa maraknya seks bebas di kalangan remaja ternyata berkaitan erat dengan dampak krisis moneter. Krisis moneter membuktikan kalau di desa orang butuh uang, tapi di kota meski sudah punya uang namun butuh lebih banyak. Akibatnya apa pun tindakan akan dilakukan demi uang. Sehingga orang tidak lagi memikirkan melanggar hukum agama atau tidak.
Dengan adanya predikat indekos mesum tersebut, menjadikan kehidupan bermasyarakat tidak harmonis lagi. Banyak orang di sekitar indekos mesum yang merasa terganggu dan risih terhadap omongan-omongan orang tentang lingkungan sekitarnya. Apalagi jika dihadapkan langsung dengan fenomena tersebut, anak laki-laki sering datang ke tempat ceweknya tanpa mengenal waktu atau sebaliknya. Ketakutan akan pengaruh seks bebas indekos mesum tersebut akan masuk ke keluarga mereka pun tidak bisa dibendung.

BAB 4. SOLUSI

Masalah-masalah yang sudah dibahas di atas, sebenarnya merupakan dampak dari berbagai persoalan yang dihadapi (persoalan pribadi, keluarga) yang akhirnya membawa  seseorang pada penyalahgunaan-penyalahgunaan. Di sisi lain pergaulan bebas (free sex, narkoba, HIV-AIDS) merupakan tawaran yang sudah merupakan satu mata rantai lingkaran setan yang menggerogoti kehidupan kaum muda pada khususnya. Untuk itu usaha yang bisa dilakukan adalah memberikan informasi positif (tidak menakut-nakuti)  yang lengkap mengenai permasalahan-permasalahan dan dampaknya bagi kehidupan manusia serta memberikan pendampingan (keterlibatan dalam suatu organisasi) dan kunjungan. Pendampingan dan kunjungan ini lebih menyangkut  nilai-nilai iman dan moral yang hendak kita sampaiakn untuk membuka  wawasan  bagi mereka agar mampu mengubah cara pandang mereka dan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab atas tawaran-tawaran di atas. Lebih memberikan anjuran dan persan moral  untuk membuka sebuah cakrawala baru menenai masalah tersebut bagi pendampingan keluarga, kaum muda semua umat beriman. Menegaskan kepada mereka bahwa sebenarnya pergaulan antarmanusia itu memang seharusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma agama, norma hukum, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi apabila pergaulan bebas namun  teratur atau terbatasi oleh aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti masalah di atas.
Langkah yang lainnya adalah mengajak seluruh komponen, terutama keluarga-keluarga kaum muda untuk mampu bertanggung jawab atas perilakunya dan sadar akan martabatnya sebagai  ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, kita semua dituntut untuk memiliki ketahanan mental agar tidak mudah tergoda untuk melakukan hal-hal yang tidak sewajarnya sehingga akhirnya menjadi menyimpang. Untuk memperoleh ketahanan mental tersebut kita sudah diberikan acuan dan pedoman berupa norma-norma agama, norma etika maupun norma sosial. Oleh sebab itu berperilakulah yang normatif dalam arti bertingkahlaku mengikuti norma agama, norma etika dan norma sosial yang berlaku. Dan yang paling penting adalah kesadaran harus muncul dari dalam diri manusianya (self control), dimana untuk memunculkannya hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. melalui ibadah dan dzikrullah.


DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, A. 1991. Ilmu Sosial Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Bouman. 1976. SOSIOLOGI (Pengertian-Pengertian Dan Masalah-Masalah). Jakarta : Yayasan Kanisius

Daldjoeni, N. 1997. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Mahasiswa IKIP (FKIP) dan Guru Sekolah Lanjutan. Bandung : PT. Alumni

Darmayah.dkk.1986. Ilmu Sosial Dasar (Kumpulan Essei). Surabaya : Usaha Offset Priting.

Diknas .2003. Modul Acuan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta : Diknas


http://www.e-psikologi.com/dewasa/050804.htm



makalah ilmu sosial dasar antropologi

DAFTAR ISI

KAKAT PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I        PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang ................................................................................. 1
B.    Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.    Tujuan ............................................................................................... 3
D.   Manfaat ............................................................................................ 3
BAB II       KERANGKA TEORI
A.   Pengertian Antropologi .................................................................... 4
B.    Pengertian Budaya ........................................................................... 5
C.    Hubungan Antropologi dan Budaya ................................................ 6
BAB III     PEMBAHASAN
A.   Perkembangan Antropologi  ............................................................. 9
B.    Antropologi Sosial Budaya .............................................................. 12
C.    Pengaruh Budaya Dalam Perkembangan Antropologi  .................... 14
BAB III     PENUTUP
A.   Kesimpulan........................................................................................ 16
B.    Saran.................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang proses Perkembangan Antropologi dalam kaitannya dengan perkembangan Budaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.



BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Seorang filsuf China; Lao Chai, pernah berkata bahwa suatu perjalanan yang bermil-mil jauhnya dimulai dengan hanya satu langkah. Langkah manusia yang disebut filsuf itu tak lain adalah antropologi. Benda apa yang disebut dengan Antropologi itu? Beberapa atau bahkan banyak orang mungkin sudah pernah mendengarnya. Beberapa orang mungkin mempunyai ide-ide tentang Antropologi yang didapat melalui berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Beberapa orang lagi bahkan mungkin sudah pernah membaca literature-literature atau tulisan-tulisan tentang Antropologi.
Banyak orang berpikir bahwa para ahli Antropologi adalah ilmuwan yang hanya tertarik pada peninggalan-peninggalan masa lalu; Antroplogi bekerja menggali sisa-sisa kehidupan masa lalu untuk mendapatkan pecahan guci-guci tua, peralatan –peralatan dari batu dan kemudian mencoba memberi arti dari apa yang ditemukannya itu. Pandangan yang lain mengasosiasikan Antropologi dengan teori Evolusi dan mengenyampingkan kerja dari Sang Pencipta dalam mempelajari kemunculan dan perkembangan mahluk manusia. Masyarakat yang mempunyai pandangan yang sangat keras terhadap penciptaan manusia  dari sudut agama kemudian melindungi bahkan melarang anak-anak mereka dari Antroplogi  dan doktrin-doktrinnya. Bahkan masih banyak orang awam yang berpikir kalau Antropologi itu bekerja atau meneliti orang-orang yang aneh dan eksotis yang tinggal di daerah-daerah yang jauh dimana mereka masih menjalankan kebiasaan-kebiasaan yang bagi masyarakat umum adalah asing.
Semua pandangan tentang ilmu Antroplogi ini pada tingkat tertentu ada benarnya, tetapi seperti ada cerita tentang beberapa orang buta yang ingin mengetahui bagaimana bentuk seekor gajah dimana masing-masing orang hanya meraba bagian-bagian tertentu saja sehingga anggapan mereka tentang bentuk gajah itupun menjadi bermacam-macam, terjadi juga pada Antropologi. Pandangan yang berdasarkan informasi yang sepotong-sepotong ini mengakibatkan kekurang pahaman masyarakat awam tentang apa sebenarnya Antropologi itu. Antropologi memang tertarik pada masa lampau. Mereka ingin tahu tentang asal-mula manusia dan perkembangannya, dan mereka juga mempelajari masyarakat-masyarakat yang masih sederhana (sering disebut dengan primitif). Tetapi sekarang Antropologi juga mempelajari tingkah-laku manusia di tempat-tempat umum seperti di restaurant, rumah-sakit dan di tempat-tempat bisnis modern lainnya. Mereka juga tertarik dengan bentuk-bentuk pemerintahan atau negara modern yang ada sekarang ini sama tertariknya ketika mereka mempelajari bentuk-bentuk pemerintahan yang sederhana yang terjadi pada masa lampau atau masih terjadi pada masyarakat-masyarakat di daerah yang terpencil.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana perkembangan antropologi dalam kaitannya dengan perkembangan budaya.

C.    Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perkembangan antropologi dalam kaitannya dengan perkembangan budaya.

 

D.    Manfaat

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai wadah bagi kami untuk mengembangkan wawasan yang berkaitan dengan perkembangan antropologi dalam kaitannya dengan perkembangan budaya.

 



BAB II

KERANGKA TEORI

 

A.    Pengertian Antropologi

Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial, jadi antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Menurut William A. Haviland, antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia. Sedangkan David Hunter memberikan pendapatnya bahwa antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia. Selanjutnya Koentjaraningrat menyatakan antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

B.    Pengertian Budaya
Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya.
Sebagai pengetahuan, kebudayaan adalah suatu satuan ide yang ada dalam kepala manusia dan bukan suatu gejala (yang terdiri atas kelakuan dan hasil kelakuan manusia). Sebagai satuan ide, kebudayaan terdiri atas serangkaian nilai-nilai, norma-norma yang berisikan larangan-larangan untuk melakukan suatu tindakan dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam, serta berisi serangkaian konsep-konsep dan model-model pengetahuan mengenai berbagai tindakan dan tingkah laku yang seharusnya diwujudkan oleh pendukungnya dalam menghadapi suatu lingkungan sosial, kebudayaan, dan alam. Jadi nilai-nilai tersebut dalam penggunaannya adalah selektif sesuai dengan lingkungan yang dihadapi oleh pendukungnya.
Dari beberapa sisi, kebudayaan dapat dipandang sebagai: (1) Pengetahuan yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat yang memiliki kebudayaan tersebut; (2) Kebudayaan adalah milik masyarakat manusia, bukan daerah atau tempat yang mempunyai kebudayaan tetapi manusialah yang mempunyai kebudayaan; (3) Sebagai pengetahuan yang diyakini kebenarannya, kebudayaan adalah pedoman menyeluruh yang mendalam dan mendasar bagi kehidupan masyarakat yang bersangkutan; (4) Sebagai pedoman bagi kehidupan, kebudayaan dibedakan dari kelakuan dan hasil kelakuan; karena kelakuan itu terwujud dengan mengacu atau berpedoman pada kebudayaan yang dipunyai oleh pelaku yang bersangkutan.

C.    Hubungan Antropologi dan Budaya
Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan Antropologi. Secara pasti, Antropologi tidak mempunyai hak eksklusif untuk menggunakan istilah ini. Seniman seperti penari atau pelukis juga memakai istilah ini atau diasosiasikan dengan istilah ini, bahkan pemerintah juga mempunyai departemen untuk ini. Konsep ini memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan telah tersebar kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa yang sering disebut dengan kebudayaan. Seringnya istilah ini digunakan oleh Antropologi dalam pekerjaan-pekerjaannya bukan berarti para ahli Antropolgi mempunyai pengertian yang sama tentang istilah tersebut. Seorang Ahli Antropologi yang mencoba mengumpulkan definisi yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar 160 defenisi kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi dari sekian banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para ahli Antropologi tentang arti dari istilah tersebut. Salah satu definisi kebudayaan dalam Antropologi dibuat seorang ahli bernama Ralph Linton yang memberikan defenisi kebudayaan yang berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari: “Kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak hanya mengenai sebagian tata cara hidup saja  yang dianggap lebih tinggi dan lebih diinginkan”.
Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai aspek kehidupan. Istilah ini meliputi cara-cara berlaku, kepercayaan-kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu.
Seperti semua konsep-konsep ilmiah, konsep kebudayaan berhubungan dengan beberapa aspek “di luar sana” yang hendak diteliti oleh seorang ilmuwan. Konsep-konsep kebudayaan yang dibuat membantu peneliti dalam melakukan pekerjaannya sehingga ia tahu apa yang harus dipelajari. Salah satu hal yang diperhatikan dalam penelitian Antropologi adalah perbedaan dan persamaan mahluk manusia dengan mahluk bukan manusia seperti simpanse atau orang-utan yang secara fisik banyak mempunyai kesamaan-kesamaan. Bagaimana konsep kebudayaan membantu dalam membandingkan mahluk-mahluk ini? Isu yang sangat penting disini adalah kemampuan belajar dari berbagai mahluk hidup. Lebah melakukan aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan perubahan lingkungan disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya. Tingkah laku ini sudah terprogram dalam gen mereka yang berubah secara sangat lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen nya. Hasilnya adalah tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel. Berbeda dengan manusia, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan yang luar biasa dari  manusia untuk belajar dari pengalamannya. Benar bahwa manusia tidak terlalu istimewa dalam belajar karena mahluk lainnya pun ada yang mampu belajar, tetapi kemampuan belajar dari manusia sangat luar-biasa dan hal lain yang juga sangat penting adalah kemampuannya untuk beradaptasi dengan apa yang telah dipelajari itu.


BAB  III
PEMBAHASAN

 

A.    Perkembangan Antropologi

Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya. Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

1.     Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)

Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.
Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

2.     Fase Kedua (tahun 1800-an)

Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3.     Fase Ketiga (awal abad ke-20)

Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

4.     Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)

Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.
Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung.
Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.
Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.
Dalam kenyataannya, Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah hidup pada semua waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk manusia ini hanyalah satu dari sekian banyak bentuk mahluk hidup yang ada di bumi ini yang diperkirakan muncul lebih dari 4 milyar tahun yang lalu.
Antropologi bukanlah satu satunya ilmu yang  mempelajari manusia. Ilmu-ilmu lain seperti ilmu Politik yang mempelajari kehidupan politik manusia, ilmu Ekonomi yang mempelajari ekonomi manusia atau ilmu Fisiologi yang mempelajari tubuh manusia dan masih banyak lagi ilmuilmu lain, juga mempelajari manusia. Tetapi ilmu-ilmu ini tidak mempelajari atau melihat manusia secara menyeluruh atau dalam ilmu Antropologi disebut dengan Holistik, seperti yang dilakukan oleh Antropologi. Antropologi berusaha untuk melihat segala aspek dari diri mahluk manusia pada semua waktu dan di semua tempat, seperti: Apa yang secara umum dimiliki oleh semua manusia? Dalam hal apa saja mereka itu berbeda? Mengapa mereka bertingkah-laku seperti itu? Ini semua adalah beberapa contoh pertanyaan mendasar dalam studi-studi Antropologi.

B.    Antropologi Sosial-Budaya

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok. Tingkah-laku yang dipelajari disini bukan hanya kegiatan yang bisa diamati dengan mata saja, tetapi juga apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada manusia, tingkah-laku ini tergantung pada proses pembelajaran. Apa yang mereka lakukan adalah hasil dari proses belajar yang dilakukan oleh manusia sepanjang hidupnya disadari atau tidak. Mereka mempelajari bagaimana bertingkah-laku ini dengan cara mencontoh atau belajar dari generasi diatasnya dan juga dari lingkungan alam dan sosial yang ada disekelilingnya. Inilah yang oleh para ahli Antropologi disebut dengan kebudayaan. Kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia, baik itu kelompok kecil maupun kelompok yang sangat besar inilah yang menjadi objek spesial dari penelitian-penelitian Antropologi Sosial Budaya. Dalam perkembangannya Antropologi Sosial-Budaya ini memecah lagi kedalam bentuk-bentuk spesialisasi atau pengkhususan disesuaikan dengan bidang kajian yang dipelajari atau diteliti. Antroplogi Hukum yang mempelajari bentuk-bentuk hukum pada kelompok-kelompok masyarakat atau Antropologi Ekonomi yang mempelajari gejala-gejala serta bentuk-bentuk perekonomian pada kelompok-kelompok masyarakat adalah dua contoh dari sekian banyak bentuk spesialasi dalam Antropologi Sosial-Budaya.
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia juga dimiliki dengan cara belajar. Dia tidak diturunkan secara bilogis atau pewarisan melalui unsur genetis. Hal ini perlu ditegaskan untuk membedakan perilaku manusia yang digerakan oleh kebudayaan dengan perilaku mahluk lain yang tingkah-lakunya digerakan oleh insting.
Ketika baru dilahirkan, semua tingkah laku manusia yang baru lahir tersebut digerakkan olen insting dan naluri. Insting atau naluri ini tidak termasuk dalam kebudayaan, tetapi mempengaruhi kebudayaan. Contohnya adalah kebutuhan akan makan. Makan adalah kebutuhan dasar yang tidak termasuk dalam kebudayaan. Tetapi bagaimana kebutuhan itu dipenuhi; apa yang dimakan, bagaimana cara memakan adalah bagian dari kebudayaan. Semua manusia perlu makan, tetapi kebudayaan yang berbeda dari kelompok-kelompoknya menyebabkan manusia melakukan kegiatan dasar itu dengan cara yang berbeda. Contohnya adalah cara makan yang berlaku sekarang. Pada masa dulu orang makan hanya dengan menggunakan tangannya saja, langsung menyuapkan makanan kedalam mulutnya, tetapi cara tersebut perlahan lahan berubah, manusia mulai menggunakan alat yang sederhana dari kayu untuk menyendok dan menyuapkan makanannya dan sekarang alat tersebut dibuat dari banyak bahan. Begitu juga tempat dimana manusia itu makan. Dulu manusia makan disembarang tempat, tetapi sekarang ada tempat-tempat khusus dimana makanan itu dimakan.  Hal ini semua terjadi karena manusia mempelajari atau mencontoh sesuatu yang dilakukan oleh generasi sebelumya atau lingkungan disekitarnya yang dianggap baik dan berguna dalam hidupnya.
Sebaliknya kelakuan yang didorong oleh insting tidak dipelajari. Semut semut yang dikatakan bersifat sosial tidak dikatakan memiliki kebudayaan, walaupun mereka mempunyai tingkah-laku yang teratur. Mereka membagi pekerjaannya, membuat sarang dan mempunyai pasukan penyerbu yang semuanya dilakukan tanpa pernah diajari atau tanpa pernah meniru dari semut yang lain. Pola kelakuan seperti ini diwarisi secara genetis.

C.    Pengaruh Budaya Dalam Perkembangan Antropologi

Agar dapat dikatakan sebagai suatu kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan seorang individu harus dimiliki bersama oleh suatu kelompok manusia. Para ahli Antropologi membatasi diri untuk berpendapat suatu kelompok mempunyai kebudayaan jika para warganya memiliki secara bersama sejumlah pola-pola berpikir dan berkelakuan yang sama yang didapat melalui proses belajar.
Suatu kebudayaan dapat dirumuskan sebagai seperangkat kepercayaan, nilai-nilai dan cara berlaku atau kebiasaan yang dipelajari dan yang dimiliki bersama oleh para warga dari suatu kelompok masyarakat. Pengertian masyarakat sendiri dalam Antropologi adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu wilayah dan yang memakai suatu bahasa yang biasanya tidak dimengerti oleh penduduk tetangganya.
Dalam setiap masyarakat, oleh para anggotanya dikembangkan sejumlah pola-pola budaya yang ideal dan pola-pola ini cenderung diperkuat dengan adanya pembatasan-pembatasan kebudayaan. Pola-pola kebudayaan yang ideal itu memuat hal-hal yang oleh sebagian besar dari masyarakat tersebut diakui sebagai kewajiban yang harus dilakukan dalam keadaan-keadaan tertentu. Pola-pola inilah yang sering disebut dengan norma-norma, Walaupun kita semua tahu bahwa tidak semua orang dalam kebudayaannya selalu berbuat seperti apa yang telah mereka patokkan bersama sebagai hal yang ideal tersebut. Sebab bila para warga masyarakat selalu mematuhi dan mengikuti norma-norma yang ada pada masyarakatnya maka tidak akan ada apa yang disebut dengan  pembatasan-pembatasan kebudayaan. Sebagian dari pola-pola yang ideal tersebut dalam kenyataannya berbeda dengan perilaku sebenarnya karena pola-pola tersebut telah dikesampingkan oleh cara-cara yang dibiasakan oleh masyarakat.



BAB  III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya. Perkembangan antropologi terdiri atas 4 tahap yaitu ; 1)
Ø Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan.
Ø Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya
Ø Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain.
Ø Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang dijajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.

B.    Saran
Antropologi sangat besar peranannya dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga diharapkan kepada kita semua untuk selalu mengembangkan wawasan dan memperdalam pemahaman tentang kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan antropologi.



DAFTAR PUSTAKA

Green, E.C 1986 Practicing Development Anthropology. Boulder and London: Westview

Leonard Seregar. 2002. Antorpologi dan Konsep Kebudayaan. Universitas Cendrawasih Press. Jayapura.

Masinambow, E.K.M (Ed) 1997 Koentjaraningrat dan Antropologi di Indonesia, Jakarta: Asosiasi Antropologi Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia.


Rhoades, R.E 1986 Breaking New Ground: Agricultural Anthropology. Dalam: Green Ed.

Suparlan, Pasurdi 1995 Antropologi dalam Pembangunan. Jakarta: UI Press